Senin, 29 Februari 2016




Pakaian Adat

Pakaian Adat Sumbar
Pakaian Adat Minang Terbgi menjadi 3 yaitu :
  • Pakaian Pengantin
    Pakaian adat yang dipergunakan oleh mempelai (pengantin) di Sumatera Barat memiliki beberapa variasi. Perbedaan ini berdasarkan pada pembagian beberapa adat nagari di Sumatra barat. 
    Pakaian Adat Sumbar
    • Busana pengantin kota Bukittinggi dan kabupaten Agam
    • Busana pengantin kota Padang dan sekitarnya
    Busana pengantin untuk Kota Padang memiliki kekhasan tersendiri jika dibandingkan busana daerah lain di Minangkabau karena dalam sejarahnya selain oleh budaya Minangkabau, busana pengantin kota Padang juga dipengaruhi oleh kebudayaan busana negara-negara Eropa dan Tiongkok. Hal ini terlihat dari segi corak dan pemilihan warna
Pakaian PriaPakaian adat pria Sumatera Barat disebut dengan pakaian penghulu. Pakaian Penghulu merupakan pakaian kebesaran dalam adat Minangkabau dan tidak semua orang dapat memakainya. Di samping itu pakaian tersebut bukanlah pakaian harian yang seenaknya dipakai oleh seorang penghulu, melainkan sesuai dengan tata cara yang telah digariskan oleh adat. Pakaian penghulu merupakan seperangkat pakaian yang terdiri dari : 
  • Destar
  • Keris
    • Tungkek
    • Baju
    • Sarawa
    • Sasampiang (Sesamping)
    • Cawek (Ikat Pinggang)
    • Sandang
    Pakaian Wanita   
    Pakaian adat tradisional Sumatera Barat yang dipergunakan oleh wanita disebut   dengan Limpapeh rumah nan gadang. Lambang kebesaran wanita Minangkabau disebut “Limpapeh Rumah nan gadang".Limpapeh artinya tiang tengah pada sebuah bangunan dan tempat memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini ambruk maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh berantakan. Dengan kata lain perempuan di Minangkabau merupakan tiang kokoh dalam rumah tangga. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang tidak sama ditiap-tiap nagari, seperti dikatakan “Lain lubuk lain ikannyo, lain padang lain bilalangnyo”.


    Pakaian Adat Bali
    Pakaian Adat Bali
    Pakaian Adat Bali hingga saat ini belum diketahui apa namanya, karena berdasarkan info yang kami dapat bahwa pakaian adat Bali disetiap masing-masing daerah memiliki ciri khas simbolik dan ornamen yang berbeda-beda, baik berdasar dari acara kegiatan upacara, jenis kelamin maupun umurnya. Begitu juga dengan status sosial dan ekonomi, sehingga dapat diketahui berdasarkan model pakaian dan ornamen perhiasan yang dipakainya. Namun secara umum pakaian adat Bali, apabila dilihat secara lintas terlihat hampir sama, cuma ada sedikit penambahan dari orname perhiasan yang dikenakan.

    Pakaian Adat Jawa Barat
    Pakaian adat jawa barat laki-laki:
    Terdiri dari baju jas dengan kerah menutup leher yang biasa disebut dengan JAS TAKWA. Kain batik atau lebih dikenal dengan nama KAIN DODOT dengan motif bebas. Celana panjang yang sewarna dengan JAS TAKWA
    Penutup kepala / BENDO . Kalung. Sebilah keris yang terselip di belakang pinggang
    Alas kaki atau selop .Rantai kuku macan atau jam rantai sebagai hiasan JAS TAKWA
    Pakaian Adat  Jawa Barat Perempuan:
    Pakaian Adat Jawa Barat
    • Baju kebaya motif polos dengan hiasan sulam atau manik-manik.Kain batik atau disebut juga KAIN KEBAT DILEPE..Ikat pinggang, biasa disebut BEUBEUR yang fungsinya untuk mengancangkan kain KEBAT DILEPE
    • Selendang, biasa disebut KAREMBONG yang berfungsi sebagai pemanis..Beberapa hiasan kembang goyang yang menghiasi bagian atas kepala serta rangkaian bunga melati yang menghiasi sanggul rambut. kalung .Alas kaki / selop yang warnanya sama dengan warna kebaya



    Rumah Adat


    Rumah Adat



    Rumah Adat MinangKabau

    Rumah Adat Sumatera Barat


    Rumah Gadang (Godang) adalah rumah adat Minangkabau yang hingga kini masih banyak ditemui di provinsi Sumatera Barat. Mengingat kebudayaan melayu yang menyebar di sekitar semenanjung Malaya tempo dulu, Rumah adat ini juga hingga kini dapat kita jumpai di beberapa wilayah di Malaysia. Jadi, jika suatu saat Anda menemukan rumah gadang di negeri tetangga, jangan anggap jika mereka mencuri kebudayaan kita. 

    Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/08/35-rumah-adat-di-indonesia-gambar-1.html
    Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.


    Rumah Adat Bali

    Dalam membangun sebuah rumah, biasanya masyarakat bali berpedoman pada Asta Bhumi dan Asta Kosala Kosali atau bisa di artikan seperti fengshui bagi budaya chinese. Masyarakat bali memiliki kepercayaan bahwa sebuah kedinamisan dapat tercapai jika terwujudnya keharmonisan antara Tri Hita Karana (Pawongan, Pelemahan, dan Parahyangan)Rumah adat suku bali harus memiliki susunan ruang seperti pekarangan rumah yang di bagi menjadi 3 bagian atau disebut dengan Tri Angga :
    Rumah Adat Bali

    • Utama Mandala; Pekarangan bagian depan yang diperuntukkan untuk tempat suci atau parahyangan
    • Madya Mandala; Bagian tengah diperuntukkan untuk penguni rumah atau pawongan
    • Nista Mandala; Bagian belakang untuk palemahan
    Rumah Adat Jawa Barat
    Secara tradisional 
    rumah adat jawa barat atau Sunda memiliki bentuk rumah panggung dengan ketinggian sekitar 0,5 m sampai 1 meter di atas permukaan tanah. Namun untuk rumah-rumah adat jawa barat yang sudah tua, tinggi kolongnya dapat mencapai 1,8 meter. Biasanya kolong tersebut digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti bajak, garu, cangkul, dan sebagainya atau tempat mengikat binatang ternak seperti sapi, kuda dan kambing. Tangga yang digunakan untuk naik ke dalam rumah disebut Golodog yang dibuat dari bahan kayu atau bambu, biasanya terdiri dari tiga anak tangga. Golodog ini juga berfungsi untuk membersihkan kaki yang kotor sebelum naik atau masuk ke dalam rumah.
    Nama rumah adat jawa barat sebenarnya berbeda-beda, tergantung pada bentuk pintu dan atap rumahnya. Ada beberapa nama atau sebutan dalam bentuk atap rumah adat sunda seperti suhunan Jolopong, Badak Heuay, Tagong Anjing, Perahu Kemureb, Capit Gunting, Jubleg Nangkub, dan Buka Pongpok. Dari kesemua nama tersebut, Jolopong merupakan nama rumah adat sunda berbentuk atap yang paling sering digunakan oleh rumah adat suku sunda ini.
    Rumah Adat Jawa Barat
    Rumah adat Jawa Barat ini memiliki pemahaman mendalam yang sangat mengagumkan. Nama suhunan rumah adat suku Sunda ditujukan untuk menghormati alam dan sekelilingnya. Jika diperhatikan, hampir di setiap rumah adat Sunda jarang kita temui paku besi ataupun alat bangunan modern lainnya. Sebagai pengganti paku untuk penguat antar tiang, mereka menggunakan paseuk (dari bambu) atau bisa juga tali dari ijuk ataupun sabut kelapa. Sedangkan atap rumah menggunakan ijuk, daun rumia, atau daun kelapa, karena memang rumah adat suku Sunda sangat jarang sekali menggunakan genting seperti pada umumnya rumah-rumah modern. Hal menarik lainnya yaitu mengenai material atau bahan bangunan yang digunakan oleh rumah adat itu sendiri yang sangat sederhana, karena rumah adat jawa barat bukan untuk perlindungan komunitas dalam peperangan, melainkan hanya untuk tempat tinggal yang nyaman.